Kamis, 13 Agustus 2009

Sebuah Renungan Tentang Bosan


Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku manusia.

Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia tetap rajin membaca.

Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas.
Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu tersebut, iapun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno itu.Rata Penuh

Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila dipegang, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya.

Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam genggamannya itu dingin-dingin saja.

Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut.

Satu hari, dua hari, satu minggu, setahun ia berada di pantai itu.

Kini menggenggam dan membuang batu telah menjadi kebiasaannya.

Suatu hari secara tak sadar, batu yang dicari itu tergenggam dalam tangannya. Namun karena ia telah terbiasa membuang batu ke laut, maka batu ajaib itupun tak luput terbang ke laut dalam.

Lelaki miskin itu melanjutkan ‘permainannya’ memungut dan membuang batu. Ia kini lupa apa yang sedang dicarinya.

Teman, pernahkah kita merasakan kalau hidup ini hanyalah suatu rentetan perulangan yang membosankan? Dari kecil, kita sebenarnya sudah dapat merasakannya, kita harus bangun pagi-pagi untuk bersekolah, lalu pada siangnya kita pulang, mungkin sambil melakukan aktifitas lainnya, seperti belajar, nonton TV, tidur, lalu pada malamnya makan malam, kemudian tidur, keesokkan harinya kita kembali bangun pagi untuk bersekolah, dan melakukan aktifitas seperti hari kemarin, hal itu berulang kali kita lakukan bertahun-tahun !! Hingga akhirnya tiba saatnya

Untuk kita bekerja, tak jauh beda dengan bersekolah, kita harus bangun pagi-pagi untuk berangkat ke kantor, lalu pulang pada sore/malam harinya, kemudian kita tidur, keesokan harinya kita harus kembali bekerja lagi, dan melakukan aktifitas yang sama seperti kemarin, sampai kapan?

Pernahkah kita merasa bosan dengan aktifitas hidup kita?


Kalau ada di antara teman²ku ada yang merasakan demikian, dengarkanlah nasehatku ini :
“Bila hidup ini cuman suatu rentetan perulangan yang membosankan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan nilai baru di balik setiap peristiwa hidup.”

Artinya, jangan melihat aktifitas yang kita lakukan ini sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas , karena jika kita menganggap demikian, maka aktifitas kita akan amat sangat membosankan !!

Cobalah maknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, mungkin kita akan menemukan suatu yang baru, sesuatu yang belum pernah kita ketahui sebelumnya,

“Setiap hari merupakan hadiah baru yang menyimpan sejuta arti.”

dari milis motivasi
http://www.inspirasipagi.blogspot.com/

Senin, 03 Agustus 2009

Tak Renungin Dulu

Anda masih lajang, dan mulai menampakkan tanda-tanda pasrah bahwa Anda tak mungkin akan memiliki pasangan. Eits, jangan terburu-buru. Memang sulit untuk tetap bersemangat dan berpikir positif jika Anda sudah menjalani masa pacaran dengan berbagai pria yang menyebalkan, atau tukang selingkuh. Dan berbagai pengalaman buruk ini bertumpuk, membuat Anda mati rasa dengan pria atau urusan cinta. Namun Anda tak boleh berpikir bahwa mungkin hidup Anda akan berakhir dalam kondisi menjadi tua seorang diri. Mengapa demikian?

Sebab, cara berpikir kita mengenai pria, atau percintaan, memiliki peran yang kuat dalam keberhasilan suatu hubungan. Seperti yang sering kita dengar, bahwa apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. Mungkin beberapa pikiran negatif di bawah ini yang menyebabkan Anda selalu gagal membina hubungan:

Capek
Capek yang dimaksud di sini, semacam kehilangan kepercayaan dalam soal cinta dan hubungan. Seringkali kalau pun mendapat pasangan, kita pesimis hubungan tersebut dapat terus berlanjut, dan membahagiakan. Bila hal ini yang terjadi, untuk mulai mencari pasangan pun rasanya malas. Sulit sekali, dan rasanya tak mungkin kita akan jatuh cinta lagi sebesar cinta kita pada sosok di masa lalu. Rasa malas untuk berkencan lagi ini membuat kita merasa lebih nyaman menjadi single. Seiring bertambahnya usia, kita juga menjadi lebih sering menghabiskan waktu dengan keluarga lagi.

Tidak beruntung
Hm... rasanya yang selalu tidak beruntung itu hanya si Tom, karena selalu dikerjain Jerry. Segala hal yang terjadi selama proses pencarian pasangan, seperti "ditikung" teman, si dia mendadak pindah ke luar negeri, beda agama atau suku, atau si dia ternyata "lakor" (laki orang, alias sudah beristri), membuat Anda merasa hidup ini begitu tidak adil terhadap Anda. Mengapa semua pria yang mulai mendekat pada Anda, tiba-tiba seperti direnggut kembali sehingga Anda harus kembali dari nol? Kalau pun ada pria yang berniat serius, Anda merasa enggak sreg. Masa sih kita harus memaksakan diri untuk menjalin hubungan serius dengan seorang pria yang membosankan hanya supaya bisa punya pasangan? Akhirnya, Anda menyerah dan berhenti berusaha lagi.

Berpikiran waras, realistis
Anda memiliki pekerjaan yang mapan, punya banyak teman, aktivitas padat, tak pernah kekurangan -kecuali pasangan tetap. Namun Anda selalu berusaha realistis, bahwa hidup perlu keseimbangan, sehingga Anda merasa harus menerima saja jika suatu saat Anda merasa kesepian. Bila hidup Anda berubah, hal itu pastilah karena memang sudah waktunya. Kalau pun tidak, Anda berusaha untuk tidak khawatir, karena di dunia ini pasti masih banyak pria lajang yang juga sedang menunggu bertemu dengan jodohnya.

Percaya diri
Sepintas, sikap percaya diri merupakan sisi positif yang harus dimiliki seseorang. Namun seringkali sikap percaya diri membuat seseorang menjadi ceroboh. Anda melakukan berbagai aktivitas dengan keyakinan bahwa segalanya akan berjalan lancar, sehingga Anda tidak memikirkan konsekuensi akan terjadinya kesalahan, atau perilaku yang berisiko. Misalnya, Anda melibatkan diri dengan seorang pria beristri. Mungkin Anda beranggapan bahwa usia yang lebih muda dan fisik yang masih segar membuat pria tersebut akan memilih Anda. Dalam kenyataannya, si dia seorang pengecut yang pada akhirnya mengatakan tak mungkin meninggalkan istrinya.

Rangkaian kebetulan
Anda selalu meyakini bahwa hidup ini serba kebetulan. Misalnya, tak biasanya Anda bekerja lembur di kantor. Saat sedang bekerja sendirian, datang seorang tamu (tampan, tentunya). Setelah berbasa-basi sedikit, ia pun menghilang. Esoknya, Anda bertemu lagi dengannya di acara ulang tahun teman. Anda pun dapat mengenalnya lebih dekat. Anda lalu bersyukur, kalau saja kemarin Anda pulang tepat waktu seperti biasanya, Anda tak akan mengenal pria ini. Kalau saja Anda menolak ajakan teman untuk nongkrong di kafe dulu untuk merayakan ulang tahunnya, Anda juga tak akan mengetahui siapa pria ini. Anda berbunga-bunga ketika teman Anda mengatakan, "Dia muncul waktu kamu memang lagi menginginkan pria seperti itu hadir buat kamu." Ternyata, meskipun pria itu sudah mengantongi nomor telepon Anda, ia tak juga menelepon. Hingga hari ini.

Karena itu, pikiran positif yang perlu Anda terapkan pada diri Anda sebenarnya adalah, tetap percaya bahwa suatu saat Anda akan menemukan Mr. Right. Tetap realistis, namun tetaplah berharap. Meskipun demikian, jangan hanya menunggu. Pergilah berkencan tanpa berharap terlalu tinggi, karena Anda tak akan kecewa bila segala sesuatu tidak berjalan sesuai harapan. Anda tak akan menemukan Mr. Right bila belum menemukan Mr. Wrong lebih dahulu kan?

Waits ..... emang kyk gini ya? .. kyknya ada iya-nya ada enggaknya ... he he he, ...

Judul Asli : Pikiran Negatif yang Bikin Sulit Mencari Pasangan kompas .com