Kamis, 18 Februari 2010

Paul King, Jutawan Berkat Charger Ponsel


INILAH.COM, Jakarta - Teknologi baterai saat ini, tak sepadan dengan ponsel canggih dengan GPS, Wi-Fi dan Bluetooth yang menguras energi. Walhasil bisnis mesin charger menjadikan Paul King jutawan.

Paul King sedang menuju bandara Pittsburgh pada 2006 ketika tiba-tiba ponselnya mati karena baterai habis. Mahasiswa Carnegie Mellon itu juga baru sadar, kunci rumah teman sekamarnya juga ikut terbawa.

Jika ia tidak menelepon maka temannya akan terkunci di luar kamar sepanjang akhir pekan. Tetapi tanpa akses ke ponselnya, dia tidak tahu nomor telepon temannya itu. King akhirnya mengemudi pulang ke rumah dan meninggalkan kunci di bawah keset. Ia akhirnya terlewatkan penerbangan ke Miami.

Saat diperjalanan, King melewati sejumlah ATM dan toko-toko yang nyaman.

Kemudian ide itu muncul. Ketika orang bisa mengambil uang di mana saja, tapi mengapa tidak bisa mengisi baterai ponsel di mana saja?

Dua tahun kemudian, King memutuskan akan menciptakan sebuah mesin charger otomatis atau automated charging machine (ACM). Namun ia baru sadar seseorang telah mendahuluinya.

Sebuah perusahaan bernama TCN China telah mengembangkan suatu mesin publik isi ulang telepon seluler, dan ribuan unit telah dijual di negeri itu. King tidak menyerah. Sebaliknya, ia mendekati perusahaan itu dan meminta untuk menjadi distributor eksklusif di Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada.

Akhirnya bisnis King yang berbasis di New York, Hercules Networks mendapat

US$1,5 juta dari investor, termasuk dari pengembang real estate Miami Michael Gold dan sebuah kelompok yang dipimpin pengusaha David Walke.

TCN setuju untuk menambahkan layar di mesin dan menampilkan pesan iklan.

Sementara penggunanya dikenakan biaya US$2 hingga US$5 untuk mengisi ponsel. "Tidak ada yang mengatakan bahwa ide itu buruk," kata King (25).

Dia menghadapi peluang yang jelas. Ponsel yang ada saat ini ini jauh lebih besar mengkonsumsi energi dengan prosesor dan fitur canggih termasuk GPS, Wi-Fi dan Bluetooth. Sebaliknya kekuatan baterai tidak sebanding dengan peningkatan fiturnya.

"Teknologi baterai mungkin 10 tahun tertinggal dari teknologi ponsel, dan smartphone sangat besar menghisap daya," kata Will Stofega, analis telepon selular di IDC Research di Boston.

Namun King bukanlah satu-satunya yang berusaha mengkapitalisasi masalah itu. Pembuat handset raksasa Samsung telah memasang stasiun pengisi baterai gratis di berbagai lokasi termasuk bandara dan kampus.

"Kami berharap untuk membangun sebuah hubungan emosional dengan konsumen," kata Tim Titus, direktur Samsung Mobile di Dallas. "Kami terus memelototi tempat-tempat untuk menempatkan pengisi ulang ponsel."

Sejauh ini, Hercules Networks berhasil masuk ke tempat-tempat yang belum disentuh oleh Samsung. Perusahaan itu telah memasang ACM di kasino di Las Vegas, taman hiburan, bar dan klub. Berikutnya, perusahaan itu menargetkan pusat perbelanjaan.

Perusahaan yang hanya memiliki sembilan karyawan ini berhasil meningkatkan pendapatan tiga kali lipat pada tahun 2009, dan King berharap bisnisnya bisa mencapai US$2 juta penjualan pada tahun ini.

King berhasil menarik pengiklan termasuk AT&T, Target, Google, Bank of America, GM dan Cadillac. Sementara Men's Wearhouse juga mempertimbangkan untuk membeli generasi baru pengisi daya Hercules, dan berharap orang yang sedang cuci mata jadi berbelanja. [mdr]

Budi Winoto

2 komentar:

Elsa mengatakan...

nice info.
jarang banget ya nulis sendiri...

Madu Nektar mengatakan...

He he he .... aku gak pinter nulis kek dirimu, ... y tulisan2 yg aku anggep bagus, trus bisa jadi inspirasi akhirnya tak kopi+gula kek gini ... he he he