ADA sebuah buku bagus dan relatif baru yang membahas relasi antara konsumen dan perkembangan Internet. Judulnya Groundswell. Buku ini ditulis oleh dua analis dari Forrester Research, Charlene Li dan Josh Bernoff.
Groundswell didefinisikan oleh kedua penulis sebagai tren sosial di mana untuk mendapatkan kebutuhannya, orang lebih memilih mencarinya dari orang lain ketimbang dari produsen atau toko. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi Internet. Contohnya saja situs eBay. Di sini orang membeli barang dari orang lain, bukan dari toko. Contoh lainnya adalah Linux. Sistem operasi ini diciptakan secara gotong-royong oleh individu-individu, bukan oleh perusahaan besar seperti Microsoft.
Buku ini memang mengupas panjang lebar fenomena groundswell. Salah satu bagian yang paling menarik adalah segmentasi pelanggan berdasarkan tingkat aktivitasnya dalam groundswell. Dalam buku ini, segmentasi tersebut disebut sebagai Profil Social Technographics. Ada 6 profil, yaitu Creators, Critics, Collectors, Joiners, Spectators, dan Inactives. Profil-profil ini sendiri digambarkan sebagai tangga. Creators adalah anak tangga paling atas karena merupakan segmen yang paling tinggi tingkat aktivitasnya, sementara Inactives berada paling bawah karena merupakan segmen yang paling rendah tingkat aktivitasnya.
Secara ringkas, keenam profil Social Technographics tersebut sebagai berikut. Creators adalah orang-orang yang paling-tidak sebulan sekali menulis di blog-nya atau meng-upload video di YouTube. Critics adalah orang-orang yang memberikan komentar pada blog atau memberikan penilaian secara online terhadap suatu produk. Collectors adalah orang-orang yang menyimpan berbagai informasi online pada satu situs, misalnya menyimpan alamat-alamat situs favorit di situs Delicious.
Sementara Joiners adalah orang-orang yang punya profil di situs social networking seperti Facebook untuk sekadar menjalin relasi. Spectators adalah orang-orang yang sekadar membaca blog atau menonton video orang lain. Dan yang terakhir, Inactives, adalah orang-orang yang tidak melakukan aktivitas apa-apa walaupun ia sedang online.
Sekarang, seperti sudah saya tulis sebelumnya, untuk menjadi New Wave Marketers berarti harus selalu melakukan Always-On Connection. Kalau sekadar terkoneksi namun sifatnya Offline Connection , jangkauannya akan terbatas. Sementara koneksi yang bersifat Offline & Online Connection lebih baik, namun tidak bisa terlalu mendeteksi perubahan lanskap yang berlangsung sangat cepat. Yang terbaik adalah Always-On Connection. Ini berarti pemasar (baca: Company) selalu punya akses dan selalu bisa memantau perkembangan terbaru dari 3C lainnya dalam lanskap bisnis, yaitu Change Agents, Customers, dan Competitors, dengan perantaraan Connector.
Nah, kembali ke profil Social Technographics tadi. New Wave Marketers tidak cukup sekadar terkoneksi (Connected) dengan menjadi Joiners atau malah Spectators saja. Ia harus berupaya untuk semakin naik menuju ke anak tangga teratas, yaitu Creators. Ini berarti New Wave Marketers harus aktif mengambil inisiatif untuk menjadi apa yang saya sebut sebagai Catalyst.
Catalyst ini layaknya katalisator dalam reaksi kimia untuk mempercepat proses. Artinya, sebuah merek—baik itu merek produk ataupun merek korporat—yang melakukan corporate blogging harus mau menjadi katalis pada perbincangan yang ada di lanskap New Wave. Dengan demikian, merek tersebut berada pada satu tingkat yang sama dengan 3C lainnya tadi dalam perbincangan yang terjadi.
Dan jangan lupa, lakukan semua itu dengan Civilised alias beradab. Walaupun di Internet orang bisa melakukan apapun, termasuk memakai nama samaran, melakukan fitnah, atau melontarkan komentar yang tidak etis, tapi pada akhirnya hanya mereka yang beradab sajalah yang akan tetap terjaga reputasinya dan terus dipercaya orang.
Inilah perkembangan pemasar dalam era New Wave Marketing. Untuk sekadar bertahan hidup (survive), pemasar cukup sekadar terkoneksi (connected). Ini berarti ia harus punya pengetahuan dan ketrampilan teknis alias IQ yang baik. Sementara untuk bisa merasakan (sensing) perubahan pada lanskap bisnis, pemasar harus jadi katalis (catalyst). Berarti ia harus bisa memahami lingkungan sekitarnya alias harus punya EQ yang baik. Dan yang terakhir, agar bisa terus berkembang dalam jangka waktu yang panjang (sustainable), pemasar harus beradab (civilised). Pemasar seperti ini punya nilai-nilai moral yang tinggi alias SQ yang baik.
Maka, di era New Wave Marketing ini, jadilah pemasar yang bukan hanya bisa menjalin relasi dengan orang lain, namun juga bisa mendeteksi perubahan yang terjadi dan tetap mampu melakukan segala aktivitas dengan cara-cara yang beradab.
--- Ringkasan tulisan ini bisa dibaca di Harian Kompas --
Dari Opa Hermawan Kartajaya
(Email : newwave@kompas.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar